BELAKANGAN ini, banyak remaja melakukan selfharm yang kemudian dipamerkan ke media sosial dan menjadi ‘lifestyle’. Mereka terjebak oleh rasa frustasi dan kaingin menyerah untuk hidup.
Selfharm adalah tindakan menyakiti diri sendiri untuk menghilangkan rasa frustasi, stres, dan berbagai macam emosi. Sebenarnya, setiap orang memiliki cara selfharm yang berbeda-beda, mulai dari menarik rambut, mencubit, menggigit, menggaruk, memukul, menelan zat berbahaya, bahkan hingga menyayat anggota tubuh.
Berdasarkan studi pada 2021, selfharm paling banyak dilakukan oleh remaja hingga dewasa muda, dengan rentang usia 12-19 tahun. Sekali menyakiti diri sendiri, pelaku seperti kecanduan. Mereka bisa saja beranggapan bahwa tindakannya merupakan cara untuk meredakan perasaan negatif serta menikmati rasa sakit.
Selfharm juga menjadi perilaku yang sering dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) seperti bipolar disorder, depresi, serta OCD (obsessive compulsive disorder).
Tapi, tidak berarti Ayah Bunda menyerah begitu saja bila melihat anak remaja menyakiti diri sendiri, ya. Berikan bantuan yang tepat, seperti:
- Meminta anak bercerita. Ayah Bunda bisa menemani anak dan minta mereka untuk bercerita. Tetapi, jangan dipaksa, ya. Buat anak merasa nyaman terlebih dulu dan biarkan lambat laun mereka yang memulai untuk bercerita.
- Tidak menyalahkan. Justru yang perlu dilakukan adalah mengedukasi anak mengenai cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan emosi yang dirasakannya.
- Cari akar permasalahan. Ketahui hal-hal apa saja yang menjadi pemicu anak melukai dirinya sendiri. Jika sudah tahu, solusi dan penanganannya bisa dilakukan dengan lebih tepat.
- Temui profesional. Segera konsultasikan kondisi anak dengan ahlinya, untuk membantu mereka keluar dari kebiasaan selfharm tersebut.
Mengatasi kebiasaan buruk ini tidak bisa instan ya, Ayah Bunda. Semua perlu proses. Mungkin akan ada beberapa sesi treatment untuk melihat perbaikan dan perkembangan kondisi anak.
KOMENTAR ANDA